Setelah
menikmati snorkling dan hiking kecil ke Gunung Anak Krakatau, aku beserta
rombongan lanjut nyeberang ke Pulau Jawa. Tentunya bukan dengan cara berenang
tetapi naik kapal ferry dari Bakauheni ke Merak.
Di
Jakarta, kami cuma mampir ke Plaza Indonesia. Perjalanan pp hampir 4 jam, di
sana cuma sejam doang. Ahaha. Itu pun, cuma numpang makan di kfc. Karena kami
rasa cuma kfc yang paling realistis buat dompet kami. Wkwkw
Jam
10 malemnya kami udah nangkring di Stasiun Pasar Senen. Mengisi perut sejenak
dengan jajanan di depan stasiun. Kami berangkat jam setengah 11 menuju
Purwokerto. Pemandangan gelap dan lampu menyala sesekali menemani kami hingga
tiba di Purwokerto sekitar pukul 5 pagi.
Perut
pun berbunyi meminta diisi nasi uduk. Entah kebetulan atau enggak kebetulan.
Ada penjual nasi uduk di depan stasiun. Sambil makan, kami ditemani bapak2
supir angkot yang ingin mengantar kami.
Setelah
nego cukup enggak alot, sepakat untuk diantar ke
terminal bus Purwokerto. Namun
di jalan kami bujuk lagi bapak itu untuk mengantar kami langsung ke Wonosobo.
Karena kalah jumlah dan sepakat dengan harga, bapak itu pun menuruti permintaan
kami.
Dari
terminal Wonosobo, kami dijemput oleh Mas Onil dan Pak Kholid sang supir
angkot. Mas Onil ini temannya Mbak Anne Bpi Cirebon yang beberapa hari
sebelumnya naik Gunung Prau juga. Lanjut beli logistik dan isi perut sejenak,
kami diantar ke Pos Pathak Banteng. Di sana kami harus membayar Rp 6000/orang
sekali masuk dengan mengisi tanggal naik dan turun serta menitipkan ktp. Barang
yang gak dibawa kami titipkan dengan Pak Kholid, beliau akan menjemput kami
keesokan harinya.
Awal
pendakian cuaca tampak cerah, tidak ada tanda-tanda akan turun hujan. Tapi..
setelah sampai di Pos 1, hujan mulai mengguyur kami. Terpaksa berteduh sebentar
di pondok jualan yang sedang tutup. Hampir setengah jam menunggu, hujan tak
kunjung reda. Akhirnya kami memutuskan untuk lanjut mendaki.
Ternyata
jalur pendakian Gunung Prau ini gak sesulit gunung Dempo kata teman saya. Ya
mungkinlah, saat itu aku belom pernah naik Dempo jadi gak bisa membandingkan. Semakin
ke atas, tumbuhan di sekitar semakin terbuka. Sayangnya pemandangan kami
ditutupi oleh kabut yang menyelimuti sepanjang perjalanan. Hujan pun kadang
turun kadang enggak. Agak labil dikit kayaknya. Hingga kami mencapai jalan
setapak yang datar.. dan ternyata.. kami sudah sampai puncak gunung Prau..
Alhamdulillah! :D
Waktu
menunjukkan pukul setengah lima, kami harus cepat mendirikan tenda sebelum hari
semakin gelap. Di puncak sendiri hanya terdapat satu tenda lagi selain kami,
yaitu Mas dari Kediri yang ditemenin cewek yang dibilangnya "temen",
tapi gak taulah ahaha. Mas ini baik hati ikut membantu kami mendirikan tenda.
Makasih ya Mas :)
Sesudah
tenda berdiri kokoh, kami langsung masuk dalem sleeping bag dan istirahat
sejenak. Sekitar jam 7 masak air, mie dan roti panggang. Lumayan bikin perut
kenyang.. Lanjuuut bobok malam.
Pagi
hari adalah waktu yang ditunggu-tunggu yaitu menyaksikan sunrise yang katanya
super duper keren abis. Emang bener ternyata cahaya mentari di pagi itu sungguh
indah, gak bisa dirangkai dengan kata-kata deh. Subhanallah.. Amazing.
Lagi-lagi Tuhan mengizinkanku melihat hal indah di negeri tercinta ini.
Sayangnya
cuma bentar keliatan gunung-gunung di sekitarnya. Sindoro dan Sumbing aja
keliatan samar-samar. Ditungguin sampe jam 10 tetep aja kabut hilir mudik
menghiasi pandangan kami. Tapi ya tetep Alhamdulillah..
Jam
sebelas kami mulai turun ke bawah. (Ya iyalah). Jalur yang kami lewati sama
dengan naik. Cuma ada yang beda dikit doang. Semua aman terkendali. Yang unik
setelah melewati pos 2, kami mendengar suara adzan dzuhur sekitar jam setengah
1 siang. Bukan karena terdengar dari kejauhan saja, tapi adzannya berkumandang
beberapa kali.
Selain
itu, kami berpapasan dengan beberapa pendaki. Ada rombongan cowok dan cewek
sekitar 6 orang, ada cowok dengan ceweknya dan ada cowok dengan cowok (jomblo
kayaknya). Nyahahahaha
Akhirnya jam 1 siang kami sampai di pos 1.
Segera kami telpon Pak Kholid agar beliau menjemput. Eh ternyata Pak Kholid
sudah sampe basecamp jam 12 siang. Jadi gak keenakan dengan beliau.
Sebelum
pulang, kami mengisi perut di warung soto yang gak jauh dari basecamp. Kebetulan
juga ibu pemilik warung memperbolehkan kami mandi dan bersih-bersih di sana.
Sempat juga ngobrol kalo di rumah ibu itu suka dijadiin tempat nginep pendaki
yang mau naik Prau. Muat menampung sekitar maksimal 20 orang lah kira-kira.
Oh
iya, pas mau ngambil ktp di basecamp, syaratnya yaitu bawa bungkusan sampah
kami dari atas. Cara ini sangat bagus agar kita selalu menjaga kebersihan
gunung yang kita kunjungi. Gak hanya menikmati tetapi juga melestarikan :)
Karena
hari mulai gelap mau turun hujan, jadi kami hanya mampir ke Telaga Warna
sebentar. Dan lanjut ke Wonosobo untuk dianter ke travel tujuan Jogja.
Petualangan Gunung Prau berakhir di sini. Sungguh mengesankan dan ingin rasanya
kembali lagi ke sana dan mengeksplor Dieng lebih banyak lagi. Terima kasih
untuk Pak Kholid, Mas Onil dan Ibu pemilik warung sebut saja Ibu. Sekian..
sepertinya gunung prau tidak sesulit gunung lainnya yang dianggap sulit di daki ya ..hahaha
ReplyDeleteDieng emang lokasi yang layak dikunjungi..
ReplyDelete