Karena
waktu udah mepet banget akhirnya ane, Reddo dan Imam naik kereta duluan sambil
berharap mereka bertiga menyusul. Sampe jam 8 tepat pun batang hidung mereka
masih aja belom nongol. Lalu suara seperti terompet supporter sepakbola mulai
berbunyi, tandanya kereta udah mau jalan. Dan bener banget, kereta mulai jalan
perlahan. Tiba2, tiga makhluk yang sukses ngebuat ane deg-degan akhirnya datang
dari gerbong belakang. Sambil ngos-ngosan mereka kelihatan seneng banget kayak lagi
lebaran karena udah berhasil ngejer kereta.
Kali
ini keretanya berbeda
dari yang ane naikin di perjalanan sebelumnya. Kami naik kereta kelas bisnis dengan tarif Rp 80.000. Keretanya nyaman, kursinya fleksibel bisa puter ke depan dan belakang, juga yang terpenting ada colokan listrik biar bisa tetep eksis. :p
dari yang ane naikin di perjalanan sebelumnya. Kami naik kereta kelas bisnis dengan tarif Rp 80.000. Keretanya nyaman, kursinya fleksibel bisa puter ke depan dan belakang, juga yang terpenting ada colokan listrik biar bisa tetep eksis. :p
Jam
setengah 9 pagi kereta sampai di Stasiun Tanjung Karang. Terus lanjut naik
travel ke Pelabuhan Bakauheni dengan tarif Rp 50.000, agak mahal karena masih
musim lebaran. Kami tiba di Bakauheni jam setengah 11 siang dan mampir ke
warung padang terlebih dahulu. Maklum perut udah mulai keroncongan belom diisi
dari malem. Sesudah makan, kami beli tiket seharga Rp 13.000 dan langsung
menuju ke kapal. Ternyata kapal yang kami tumpangi ini barusan merapat. Jadi
lumayan lama nungguin kendaraan yang keluar dan yang baru masuk. Sehingga kapal
berangkat jam setengah 1 dan tiba di Pelabuhan Merak jam 3 sore, lebih cepet
dari biasanya. Lalu kami lanjut lagi naik bis tujuan bandung,
dengan tarif Rp 85.000 kami diantar sampai dengan terminal leuwi panjang. Kemudian
menyewa angkot menuju rumah temannya icha, yaitu Silvi. Di rumah Silvi inilah
tempat kami menginap *gratis*.
Keesokan
harinya, kami diajak Silvi ke daerah lembang tepatnya ke De Ranch. Ane baru
pertama kali ke sini. De Ranch adalah tempat wisata keluarga yang mengusung
tema cowboy kayak di Amerika. Tempat ini memiliki belakang pemandangan yang
luar biasa, disertai juga berbagai permainan seperti berkuda, flying fox dan
lain-lain. Tiket masuknya cukup murah yaitu sebesar Rp 5000. Namun untuk
permainan yang lainnya harus bayar lagi.
Setelah
puas dari De Ranch, kami diajak makan siang di salah satu restoran bertempat di
jalan Progo. Kalo gak salah namanya Giggle Box. Disini ane salah pilih menu.
Berhubung backpacker, ane bermaksud milih makanan yang murah aja. Ehh tapi
ternyata.. kami semua ditraktir oleh Imam. Kalo tau tadi, ane udah pilih menu
yang paling mantap hahaha. Setelah itu kami diajak ke pusat barang bekas. Di
rangkas ini menjual berbagai macam barang bekas yang masih bagus dan layak
pakai. Juga ada pakaian-pakaian yang masih baru, kelihatannya barang sisa
pabrik. Puas cuci mata dan beli sedikit barang. Kami pulang ke rumah bersiap2 dan ambil
barang. Sesampainya di rumah, kami gak sempat lagi untuk mandi. Jadi terpaksa
cuma ganti baju dan cd hahaha. Walaupun begitu, gak begitu terasa gerahnya.
Belom aja kali yaa.
Karena
sudah malam, Silvi gak dibolehin nganter kami ke stasiun. Jadi kami harus
berjalan kaki keluar komplek dan menyewa angkot. Tarifnya cukup mahal yaitu Rp
5000 per orang dengan jarak yang gak terlalu jauh kami diantar sampe ke depan
pintu masuk Stasiun Kiaracondong. Setengah jam sebelum kereta berangkat, kami
langsung masuk ke kereta. Perjalanannya cukup lama yaitu kurang lebih 9 jam.
Akhirnya
jam setengah 6 pagi kami tiba di Stasiun Lempuyangan, Jogjakarta. Namun, kami
hanya transit di sini. Karena jam setengah 8 harus naik kereta lagi dengan
tujuan Banyuwangi. Tak banyak hal yang kami lakukan kecuali cuci muka, sarapan
dan ngecas hp. Lain halnya dengan Reddo. Doi diam2 nyewa ojek motor ke komplek
keraton cuma untuk foto2 sebentar.
Tak
terasa dua jam berlalu. Kereta Sri Tanjung yang akan membawa kami sudah siap.
Kami pun bergegas masuk kereta. Salah satu tips dari ane, kalo kereta kita
sudah siap dan kita diperbolehkan masuk, masuklah segera. Supaya kita gak
kehabisan bagasi di atas. Ini pelajaran yang ane ambil dari pengalaman ane
sebelumnya.
Perjalanan
dari Stasiun Lempuyangan ke Stasiun Banyuwangi Baru memakan waktu sekitar 14
jam. Kami mengisi perut dulu sebelum naik kapal ferry. Dengan uang Rp 5000
sudah dapet nasi ayam yang dijual oleh seorang bapak-bapak di atas sepedanya.
Setelah perut kenyang, kami berjalan kaki ke pelabuhan yang letaknya gak jauh
dari stasiun. Keluar dari stasiun lurus aja sampe ke jalan besar, terus belok
kanan. Dan ketemu dengan Pelabuhan Ketapang.
Di
depan pelabuhan kami dicegat oleh calo yang nawarin bus ke Denpasar dengan
tarif Rp 45.000. Walaupun murah, kami menolaknya karena bus yang ditumpangi
adalah bus yang distopin di pinggir jalan. Tempat duduknya pun belum tentu
dapet. Jadi kami lebih memilih naik kapal ferry terus lanjut bus ke Denpasar.
Tarif kapal ferry Rp 6.500 dan bus Rp
35.000. Jangan segan untuk nawar.
Kurang
lebih tiga jam, kami sampe di Terminal Ubung, Denpasar. Walaupun pukul 3 pagi, suasana terminal tetap
ramai. Terlihat calo dengan pupil mata yang membesar menghampiri kami. “Mau
kemana dek? Kuta? Padang Bai?” Ujar salah satu calo dengan logat Bali yang
kental. Karena gak ada taksi, kami terpaksa naik angkot dengan tarif Rp 30.000
per orang. Padahal kalo naik taksi bisa lebih murah. Kami diantar sampe
Jl.Legian, tepatnya di depan Monumen Bom Bali. Tak disangka suasananya kayak
jam 7 malem aja gan. Jalan di depan monumen itu macet parah. Ternyata ane baru
inget, wajar aja macet soalnya itu hari minggu pagi!
Setelah
berjalan sekitar 300m, akhirnya kami sampe di hotel tempat ane pernah nginep
waktu itu. Baru 6 bulan sudah banyak banget perkembangan hotel ini. Tentunya
tarif kamarnya juga ikut naek :’) Tapi fasilitas yang dikasih juga sebanding
kok dengan yang kita keluarin. Kami menginap 3 malam tarifnya per malam sebesar
Rp 300.000 dibagi 3 = Rp 100.000 per orang dikali 3 = Rp 300.000 per orang per
3 malam. Pusing gak? Hahaha.
Hari
pertama di Bali, tujuan kami adalah Tanjung Benoa. Di sini, impian ane untuk
main parasailing akhirnya tercapai setelah pada liburan sebelumnya gak
kesampean. Alhamdulillah!. Lanjut
lagi kami berkunjung ke pulau penyu. Tarif parasailing yaitu Rp 150.000 ditambah
Rp 84.000 per orang untuk sewa kapal ke Pulau penangkaran penyu.
Sebelum terbang, kami diberikan instruksi terlebih dahulu oleh bapak instruktur. Kami harus mengenakan 2 buah sarung tangan, yang pertama berwarna merah untuk di tangan kiri dan warna biru di tangan kanan. Fungsinya adalah untuk mengetahui tali yang mana yang harus ditarik ketika kita sudah berada di atas sesuai dengan warna bendera yang diangkat.
Emang sih agak deg-degan. Tapi semuanya hilang ketika sudah terbang. Sama sekali gak bikin takut menurut ane. Yang buat ane kecewa adalah rasanya bentar banget. Gak nyampe 2 menit kayaknya udah harus turun lagi. Tapi gak papalah, pemandangan yang disuguhkan pun membuat nafas ini berhenti sejenak. Sumpah, keren banget!
Berlanjut ke Part 2
di tunggu part2 nyo gan
ReplyDelete