*Lanjutan dari Part 1
Tiba-tiba
ada seorang bapak tua yang menghampiri kami.
“Mau
kemana dek?”.
“Mau
ngecas hp pak” ujar kami.
“Tidur
dimana kalian?” lanjut si Bapak.
“Di
pondok sana pak. Memang ada apa pak?” Jawabku.
“Nanti
kalian kedinginan. Tidur di rumah bapak saja. Cuma Rp 50.000 kok.” Dengan logat
jawa yang semakin kental.
“Rp
50.000 berdua ya pak” Aku menggoda bapak itu. #eaa
“Iya
boleh dek. Tapi cium bapak dulu” Jawab si Bapak.
Kemudian
kami langsung bergegas menuju rumah si Bapak yang letaknya sekitar 20 meter
dari Pondok tadi. Lokasinya sangat strategis banget. Rumah Pak Usman ini punya
satu ruang tamu, 2 kamar tidur, 3 kasur dan 1 kamar mandi. Sangat besar untuk
kami berdua. Pak Usman bilang kalo biasanya yang menginap di sini 10 orang.
Tarifnya Rp 300.000 per malam. Jadi kami berdua itu hanya karena sepi dan
kasihan dikasih harga Rp 50.000 berdua.
Sehabis
berberes-beres barang kami langsung tidur. Dingin yang luar biasa membuat kami
cepat terlelap. Tetapi sebelumnya kami sudah memasang alarm jam 2 pagi untuk
bersiap menuju Penanjakan 1 melihat sunrise. Saran dari Pak Usman kalo
mau ke Penanjakan 1 ikutin aja mobil jeep biar gak nyasar.
mau ke Penanjakan 1 ikutin aja mobil jeep biar gak nyasar.
Pukul
02.00 dinihari alarm berbunyi. Kami bersiap-siap dengan jaket tebal, sarung
tangan dan kupluk. Pukul 02.30 kami
sudah stand by di pondok menunggu mobil jeep yang lewat. Setelah satu jam
menunggu, akhirnya ada 3 mobil jeep yang lewat. Langsung saja kami membuntuti
dari belakang.
Perjalanan
menuju Penanjakan 1 harus melewati padang pasir yang licin. Suasana sekitar
sangat gelap disertai kabut yang menutupi pandangan kami. Jarak pandang saat
itu mungkin hanya 2 meter. Terbayang ‘kan betapa ekstrimnya situasi saat itu.
Perlahan
kami mulai memasuki padang pasir. Mobil jeep di depan kami tampaknya tahu kalo
kami sedang mengiiringi dari belakang sehingga mobil melaju tidak terlalu cepat.
Lama kelamaan mobil jeep semakin ngebut karena jalan yang di lalui keras. Untuk
mengimbangi, kami juga ikutan ngebut dan sampai akhirnya kami jatuh dari motor
karena tiba-tiba di depan kami ada gundukan pasir. Alhasil, kami jauh
tertinggal dari jeep tersebut. Rasanya seperti tersesat di planet lain. Mana
motor sempat tidak hidup pula sehingga menambah kesan horror..
Ilustrasi
Di
sini keberanian kami diuji. Walaupun sangat gelap gulita, berdebu dan tidak ada
petunjuk sedikit pun. Kami tetap melanjutkan perjalanan dengan bermodalkan
lampu motor dan senter Akbar yang unyu-unyu. Caranya yaitu mengikuti bekas
jejak ban mobil dan motor yang melintas. Alhamdulillah, akhirnya kami sampai ke
jalan aspal. Sehingga kami yakin kalo ini adalah jalan menuju Penanjakan 1.
Perjalanan
mulai menanjak lagi dengan tikungan tajam disertai sisi jalan yang curam. Satu
hal lagi yang membuat kami yakin adalah adanya beberapa pengendara motor lain yang
melintas dari belakang kami.
Setelah
berjalan sekitar 20 menit, kami sampai di parkiran motor. Di sana sudah ramai
sekali para wisatawan yang datang untuk menyaksikan sunrise. Terdapat juga
beberapa kios-kios yang menjual pernak pernik bromo, penyewaan jaket, dan
warung makan. Air di atas sini cukup mahal. Bayangkan saja kami harus
mengeluarkan uang Rp 5.000 untuk membeli air panas. Tapi yasudahlah.. memang
rasanya sulit air di tempat tinggi seperti ini.
Tempat
menyaksikan sunrise sudah dipenuhi wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Dari mancanegara kebanyakan mereka berasal dari eropa terutama Jerman. Entah
kenapa kebetulan ato enggak selama di TNBTS selalu ketemu bule Jerman.
#heranjuga
Kami
merasa beruntung pagi itu. Karena mataharinya gak tertutup kabut seperti hari
sebelumnya. Jadi yaa untung-untungan juga. Berdoa aja kalo kalian ke sana nanti
sunrisenya keliatan.
Selesai
dari melihat sunrise kami langsung menuju ke Bukit Cinta. Terletak di tengah
perjalanan turun ke bawah. Dari Bukit Cinta ini terlihat pemandangan Gunung
Batok yang menutupi Gunung Bromo dan Desa Cemoro Lawang. Wajar saja namanya
Bukit Cinta karena tempatnya ini romantis banget lhoo.. apa lagi berdua dengan
pasangan..Hmmm :))
Dari
Bukit Cinta kami langsung menuju ke Penginapan. Bersiap-siap packing barang dan
otw Malang lagi. Sebelum naik kereta pada pukul 16.00, kami nyempetin diri dulu
ke Malang Town Square. Gak beli apa-apa sih, karena gak ada sesuatu yang spesial.
Sama kayak mall di Kota aku. Setelah itu kembali lagi ke Stasiun Malang untuk
ngembaliin motor.
Tepat
pukul 15.30 wib kami sudah berada di Kereta Matarmaja yang akan membawa kami ke
Stasiun Jatinegara. Berakhir sudah perjalanan kami ke Bromo. Semoga suatu saat
bisa kembali ke Jawa Timur lagi dan menikmati Gunung tertinggi di Pulau
Jawa..Aamiin
Total
Rincian Biaya
1.
Tiket Kereta Matarmaja PP Jakarta Malang Rp 290.000
(termasuk b.adm)
2.
Sewa Motor Rp 50.000
3.
Penginapan Rp 50.000
4.
Bensin selama 2 hari 1 malam Rp 40.000
5.
Tiket Masuk TNBTS Rp 15.000
6.
Parkir Motor di Bromo Rp 3.000
7.
Sewa Sleeping Bag Rp 12.000
Total = Rp 460.000/2
= Rp 230.000 per orang
Belum ditambah pengeluaran pribadi. (tergantung individu)
Semoga Bermanfaat
No comments:
Post a Comment