Hari ke empat, merupakan hari terakhir di Bali. Kami sudah harus check out dari hotel pukul 12.00 siang. Namun kami sudah keluar hotel pukul 10.00. Setelah ngembaliin kunci kamar dan kunci motor. Kami berjalan keluar hotel ke tujuan terakhir kami yaitu Joger. Yups, rasanya belum ke bali kalo gak mampir ke tempat yang legendaris ini. Sambil bawa carrier yang beratnya udah kayak beras setengah karung, kami berjalan kaki dibantu gps. Alhasil, ketika sampe di joger baju dan ketiak kami basah. Kami tetep pede aja masuk ke sana, toh gak kenal juga dengan kami. HAHAHA. Dari Joger, kami naik taksi ke terminal ubung. Ehh ternyata kami gak dianterin sampe ke sana, tapi langsung ke tempat ngetem bis tujuan Pelabuhan Gilimanuk.
Tarif bis menuju Pelabuhan Gilimanuk sebesar Rp
25.000. Bis yang kami naiki sama persis dengan bis kuning yang di kampus kami.
Yang membedakan adalah kondisi bis Gilimanuk ini sangat bersih dan terawat,
serta tempat duduknya yang masih bagus. Bis berangkat pada pukul 12.00 wita dan
sampe di Pelabuhan Gilimanuk sekitar pukul 16.00 wita. Pemandangan yang
disuguhkan di perjalanan ini begitu indah. Salah satunya adalah ketika bis melewati
jalan yang bersebelahan langsung dengan sebuah pantai kecil disertai hamparan air laut yang berkilau terkena pancaran sinar matahari.. Subhanallah..Keren banget!
jalan yang bersebelahan langsung dengan sebuah pantai kecil disertai hamparan air laut yang berkilau terkena pancaran sinar matahari.. Subhanallah..Keren banget!
Penyebrangan dari Pelabuhan Gilimanuk ke Pelabuhan
Ketapang Banyuwangi hanya memakan waktu satu jam, cukup dengan tarif Rp 6000
yang notabene lebih murah dari bakso yang dijual di kapal tersebut. Setelah
kapal merapat pada pukul 16.30 wib, kemudian kami bertanya-tanya dengan sopir
angkot di sekitar pelabuhan mengenai transportasi ke Jogja. Bapak sopir itu
menelepon temannya dan dapatlah informasi bahwa bis tujuan jogja berangkat
pukul 17.00 wib. Tanpa banyak bicara pak sopir langsung mengantar kami menuju
terminal, dengan tarif Rp 15.000/org. Angkotnya hanya diisi kami bertiga, jadi
bebas mau selonjorin kaki dan ganti baju yang bekas keringet tadi :3
Bis yang akan kami tumpangi memiliki nama cukup
unik, yaitu Millah. Jadi bisa disebut dengan Bismillah ^^. Penumpang bis masih
sepi, baru diisi 3 orang aja. Melihat keadaan seperti itu kami memutuskan untuk
makan dulu di warung. Setelah perut kenyang, kami tidak lupa membayar dan
berpamitan dengan ibu pemilik warung. Akhirnya bis pun berangkat pada pukul
17.30 wib. Tidak terasa pukul 7.30 keesokan harinya kami sudah hampir sampai
Jogja. Kami meminta sopir untuk berhenti di dekat fly over Janti. Kami mampir
sebentar di rumah sepupu ane, kebetulan rumahnya berada di sebelah fly over
Janti. Sepupu ane sempet kaget ngeliat tiga pemuda tampan yang agak kucel
tiba-tiba datang. Setelah menyadari kalo ane ini sepupunya, kami dikasih
sarapan pagi. Ahh.. rasanya enak banget kalo gratisan kayak gini #ihiiyy
Setelah sarapan pagi, kami dijemput oleh Om nya
Abay dan dibawa ke rumahnya yang terletak di daerah Condong Catur. Ketika sampe
di rumah, kami langsung berberes dan membersihkan badan alias mandi. Karena
sudah 1080 menit tidak mandi.
Pada pukul 12.30 wib, Walaupun hujan, sepupu Abay
yang perempuan (ane lupa namanya) mengajak kami bermotor ke daerah Kaliurang.
Tepatnya ke Museum Ullen Sentalu. Museum ini menampilkan budaya dan kehidupan
putri / wanita Keraton Yogyakarta beserta koleksi bermacam-macam batik (baik
gaya Yogyakarta maupun Solo). Museum ini juga menampilkan tokoh raja-raja
(Sultan) di keraton Yogyakarta beserta permaisurinya dengan berbagai macam
pakaian yang dikenakan sehari-harinya. Sayang banget gak dibolehin berfoto di
dalam museum. Padahal banyak objek yang bagus untuk difoto.
Setelah dari museum kami diajak ke sebuah ruangan
untuk menikmati minuman. Berdasarkan informasi guide, resep minuman tersebut
dibuat pada zaman dahulu, turun temurun hingga sekarang. Juga merupakan minuman
favorit salah satu keluarga kerajaan. Selanjutnya kami diajak ke sebuah toko
yang berada di sebelah museum. Toko ini menjual berbagai kerajinan bertema
batik, mulai dari pakaian, hiasan dinding, sarung bantal dan pernak pernik
lainnya. Barang-barang di toko ini bagus banget gan. Tapi sayang harganya mahal
sekali. Untuk satu potong kemeja batik aja bisa setengah juta rupiah.
Hari kedua di Jogja. Kami sholat jumat di Masjid
Kampus UGM. Terlihat pemandangan yang hampir sama dengan saat sholat jumat di
Masjid Agung, kampung halaman saya. Yaitu adanya lapak jualan di sekitar
masjid. Sepulang dari sana kami diajak keliling Jalan Malioboro. Siapa yang gak
kenal jalan ini di Jogja. Rasanya belum ke Jogja kalo belum mampir ke sini.
Suasana Malioboro terlihat lebih ramai
dan rapi dibandingkan saat ane ke sana tahun 2010 yang lalu. Di
Malioboro dapat dijumpai berbagai macam jenis pakaian batik, pernak pernik,
kerajinan tangan, dan gantungan kunci yang cocok sebagai oleh-oleh. Tentunya
dengan harga yang bervariasi serta jangan lupa untuk tawar menawar.
Setelah puas berbelanja, kami pun mampir ke
angkringan yang tidak jauh dari Jalan Malioboro. Maklum, keasyikan belanja
sampe-sampe gak terasa kalo perut sudah berteriak minta diisi. Di angkringan
ini menjual makanan yang murah meriah. Cocoklah untuk kami yang berkantong
mahasiswa. Ada satu menu yang menarik perhatian ane, yaitu Kopi Joss. Kopi yang
disajikan dengan arang panas di dalamnya. Selain itu ada juga sate keong dan
tentunya nasi kucing. Semua makanan terasa sangat nikmat.. karena gratis dibayarin sepupu Abay ^^.
*thankyousepupuabay*
Hari ketiga sekitar pukul 2
siang kami sudah harus stand by di terminal bus jombor untuk keberangkatan kami
ke Jakarta via Bus. Tapi sebelumnya kami sempetin diri dulu untuk ke Candi Prambanan. Sekitar satu jam dari rumah sepupu
Abay, kami sudah sampai di Komplek Wisata Candi Prambanan. Lagi-lagi kami
dibayarin oleh sepupu Abay. Rasanya gak keenakan sih dibayarin terus. Tapi
batin kami gak bisa nolak yang gratisan. Hahaha.
Suasana candi waktu itu cukup ramai. Mulai dari
turis lokal hingga mancanegara. Terlihat juga antrian untuk masuk salah satu
candi. Ternyata untuk masuk ke satu candi itu gak bisa sembarangan atau
rame-rame karena kondisi candi yang gak kokoh dan sewaktu-waktu bisa runtuh.
Jadi kalo mau masuk ke sana dibatasin per 5 orang dengan memakai helm
keselamatan. Abay sama Ardi ikutan ngantri, tapi ane enggak. Selain panas, yang
diliat juga hampir sama dengan candi-candi di sebelahnya.
Akhirnya bus yang kami tumpangi datang. Dengan tarif
Rp 115.000 kami menuju ke Jakarta. Memakan waktu sekitar 17 jam. Kami meminta
supir bus untuk nurunin kami di tempat yang deket kalo mau ke bandara. Terus
lanjut naik ojek ke bandara Soekarno Hatta. Penerbangan kami ke Palembang
sebenernya jam 8 malam. Tapi kami sudah sampe di bandara jam 7 pagi. Sungguh
betapa anehnya kami waktu itu. Naik shuttle bus gratis dari terminal ke terminal
belum cukup untuk menghabiskan waktu. Jadi apa boleh buat. Kami istirahat di
dalam loket bus damri sambil gantian untuk mandi di wc deket parkiran. Itu
adalah pengalaman baru kami mandi di bandara.
Gak terasa detik demi detik pun berlalu. Penderitaan
nungguin pesawat ini pun berakhir. Kami bergegas ke konter check in, terus
bayar airport tax, masuk ruang tunggu dan kemudian naik pesawat. Perjalanan
kami selama 10 hari harus berakhir. Banyak pelajaran dan pengalaman berharga
yang kami dapat, baik itu suka, duka, senang, sedih, kecewa, bahagia, konyol
dan masih banyak lagi. Semoga kelak kami bisa jalan bareng lagi kayak gini, ke
tempat-tempat indah di dunia.. Aamiin.
No comments:
Post a Comment