Ntah apa yang kurasa waktu itu. Tanggal 6 Agustus Jam 10
pagi, habis makan langsung packing pakaian untuk 4 hari. Mungkin ini waktu yang
tepat untuk menggantikan trip yang gagal beberapa hari sebelumnya. Maklum
mahasiswa semester akhir yang udah mau ujian, klo bukan sekarang.. kapan lagi
ngetripnya Ha ha ha..
Trip yang paling realistis bisa dilakukan yaitu ke
Pagaralam. Selain karena udah lama gak ke sana, kebetulan juga ada temen yang
lagi pulang kampung. Jadi bisa nginep gratis di rumahnya. #tetephemat
Bingung mau ngajak siapa, soalnya temen2 yang hobi
travelling pada gak bisa mendadak dan juga banyak yang kerja. Akhirnya aku
mutusin
untuk berangkat berdua sobatku selama 7 Tahun ini. Yaitu:
untuk berangkat berdua sobatku selama 7 Tahun ini. Yaitu:
Jupiter Z 2007
Setelah isi bensin penuh dan beli cemilan, aku langsung
berangkat jam 12 tepat. Rasanya klo mau sampe Pagaralam waktunya gak cukup dan
berbahaya kalo sudah lewat jam 5 sore, bukan hanya manusia, tapi makhluk lain
juga yang ganggu. Jadi rutenya mampir ke Lahat dulu lalu besok paginya baru
lanjut ke Pagaralam.
Ternyata, temen kuliah aku yang di Lahat lagi mudik ke rumah
neneknya. Padahal sebelumnya doi bilang mau balik lagi ke Palembang tanggal
belasan Agustus. Jadi mau gak mau harus cari penginapan.
Untuk sampai ke Lahat, dari Palembang ngelewatin Indralaya,
Prabumulih dan Muara Enim. Ngabisin waktu hampir 5 jam dengan . Secara
keseluruhan kondisi jalan ±80% mulus dengan pemandangan yang biasa2 saja.
Keesokan harinya, perjalanan dilanjutkan. Pemandangan yang
berbeda dirasakan sepanjang perjalanan. Sesekali melintasi sawah penduduk,
sungai yang persis di samping jalan dan perbukitan yang berdiri kokoh dari
kejauhan. Beberapa kali naik dan menuruni bukit hingga sampai ke tebing yang
terkenal yaitu Liku Endikat.
Kalo bawa motor sendiri ternyata gak lebih serem pas naek
bis. Asal tetep fokus dan sabar, liku endikat bisa terlewati dengan mulus.
Mumpung ada orang, minta fotoin dulu B)
Sungguh bersyukur banget sampe dengan selamat. Soalnya rem
belakang motorku lepas di daerah indralaya. Jadi, dari Indralaya sampe
Pagaralam cuma pake rem depan doang. Wkwkw. Dan ini yang gak boleh ditiru
yaa.. :))
Hari pertama, langsung ke rumah temen di daerah Gunung Kaye.
Kalo dari Kota Pagaralam, tinggal lurus terus ke arah Kecamatan Jarai. Gunung
Kaye bukan nama gunung, tapi nama sebuah desa. Dan selama ini aku baru tau klo Jarai itu
masuk Kabupaten Lahat. Hahaha. Dari Lahat ke Pagaralam ke Lahat lagi..
Tujuan pertama yaitu Curup Embun, namun kami berlima kurang
beruntung karena air terjunnya lagi surut. Gak deres seperti biasanya. Jadi
langsung lanjut ke Curup Mangkok yang gak jauh dari Curup Embun tadi. Biaya
masuk hanya Rp 5000 untuk satu motor plus orangnya. Airnya jernih dan dingin sekali, di sisi
bawah air terjun sudah dibuat pembatas serta pijakan untuk mereka yang sekedar
ingin cuci kaki atau cuci muka.
Tapi sayang, kamar
mandi untuk bilas pengunjung sudah tidak terawat lagi.
Malam harinya, aku, Asep dan Astra nginep di pondok sawahnya
Asep. Letaknya kurang lebih 1Km dari rumah. Pondok ini memiliki dua lantai,
lantai satu yaitu ruang makan, dapur dan tempat cuci. Lantai dua yaitu kamar
dan balkon kecil yang langsung menghadap ke hamparan sawah. Aku heran di kamar
banyak sekali coretan dinding yang isinya galau semua. Ternyata pondok ini dulu
ditempati oleh seorang bujangan yang cukup berumur.. Ahh jadi wajarlah hahaha
Asiknya nginep di pondok ini, adanya bunyi gemercik air
keluar dari pipa yang mengalir langsung dari gunung, suara jangkrik, gak ada
suara kendaraan, pokoknya nyenyak banget.. Yang masih bikin penasaran yaitu
adanya suara keras lemparan batu mengenai dinding kayu pondok. Padahal itu
tengah malem..
Sehabis sholat jumat, kami langsung menuju ke Curup Maong.
Curup atau air terjun ini masih tergolong baru dikenal masyarakat sejak 5 bulan
yang lalu. Sehingga masih sedikit yang pernah ke sana. Termasuklah, dari kami
berlima hanya satu yang pernah ke sana.
Klo dari kota Pagaralam, memakan waktu sekitar hampir 2 jam
untuk sampai di tempat penitipan motor. Jalan ke sana 70% aspal 30% bebatuan.
Melewati rumah2 penduduk, lalu perlahan-lahan kebun kopi, rumah penduduk mulai
hilang, memasuki kebun karet, tanda2 kehidupan mulai tidak ada… Akhirnya sampai
juga di pelataran parkir Curup Maong.
Lanjut trekking menuruni bukit sekitar 30 menit. Medannya
lumayan sulit bagi yang gak biasa naik gunung. Disaranin untuk pake sandal atau
sepatu gunung bila perlu. Bawa barang secukupnya aja.
Finally..
Sudah jauh dan capek2 ke sini, kalo gak mandi rugi broo.. Mari
kita nyebur :))
Itulah kisah 4 hari perjalananku ke Pagaralam, memang masih
banyak tempat yang belom dikunjungin. Semoga informasi yang diberikan dapat
bermanfaat.. Terima kasih sudah membaca.. bye bye
cie liburan ga ajak-ajak nih
ReplyDeleteciee... hayook ikutan kapan2 :D
Delete